Ahlan Wa Sahlan

Selamat datang dalam site ini, semoga bisa menjadi sarana yang baik untuk saling berdikusi tentang Al Qur'an.

Jumat, 25 Februari 2011

Panduan Menghafal Al Qur'an


Sebenarnya adab-adab ini sudah saya kemukakan sebagiannya pada bagian yang sebelum ini. Bagaimanapun, tidak ada salahnya mengulanginya sekali lagi di sini.


Diantara adab-adab menghafaz Al-Qur’an ialah: Dia mesti berada dalam keadaan paling sempurna dan perilaku paling mulia, hendaklah dia menjauhkan dirinya dari segala sesuatu yang dilarang Al-Qur’an, hendaklah dia terpelihara dari pekerjaan yang rendah, berjiwa mulia, lebih tinggi derajatnya dari para penguasa yang sombong dan pencinta dunia yang jahat, merendahkan diri kepada orang-orang sholeh dan ahli kebaikan, serta kaum miskin, hendaklah dia seorang yang khusyuk memiliki ketenangan dan wibawa.



Diriwayatkan daripada Umar bin Al-Khattab ra bahwa dia berkata: “Wahai para qari (yang mahir membaca) Al-Qur’an, angkatlah kepalamu! Jalan telah jelas bagimu dan berlombalah kamu untuk berbuat kebaikan dan janganlah kamu menggantungkan diri kepada orang lain.”


Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra, katanya: “Hendaklah penghafaz Al-Qur’an menghidupkan malamnya dengan membaca Al-Qur’an ketika orang lain sedang tidur dan siang harinya ketika orang lain sedang berbuka. Hendaklah dia bersedih ketika orang lain bergembira dan menangis ketika orang lain tertawa, berdiam diri ketika orang lain bercakap dan menunjukkan kekhusyukkan ketika orang lain membanggakan diri.”


Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali ra, katanya: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu, menganggap Al-Qur’an sebagai surat-surat dari Tuhan mereka. Maka mereka merenungkan pada waktu malam dan mengamalkannya pada waktu siang.”


Diriwayatkan dari Al-Fuadhai bin Iyadh, katanya: “Penghafaz Al-Qur’an tidak bisa meminta keperluannya dari seorang khalifah (penguasa) dan dari orang yang berada di bawah kekuasaannya.”


Diriwayatkan dari Al-Fudhai juga, katanya: “Penghafaz Al-Qur’an adalam pembawa bendera Islam. Tidaklah patut dia bermain bersama orang yang bermain dan lupa bersama orang yang lupa, serta tidak berbicara yang sia-sia dengan kawannya untuk mengagungkan Al-Qur’an.”
Sumber : At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran, Imam Nawawy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar